Bandung, MNS-Kakek saya lebih dari 80 tahun merokok, dan ia meninggal karena Stroke, kakek bilang rokok tidak membunuhmu dan kita tak perlu mengundang peneliti untuk membuktikannya.
Propaganda bahaya rokok mungkin sudah bising di telinga dan mata kita, namun artikel ini sama sekali tidak merekrut pembaca untuk merokok apalagi advertorial suatu produk.
Mungkinkah seorang penjual sosis bakar membuat plang "jangan makan sosis ini! karena menyebabkan serangan jantung," jelas mustahil.
Baca Juga: Betor Vespa akan Dipertahankan untuk Ikon Kota P.Sidimpuan
Jelasnya ini semua adalah dampak tiki-taka perang dagang perusahaan farmasi yang merogoh hampir semua Kementrian Kesehatan di Dunia, karena komoditas tembakau sebesar 8,4 % PPN harga jual eceran yang dihasilkan di negara kita, tentunya masih di bawah Batu Bara.
Faktanya asap rokok lebih berbahaya dari knalpot. Bila anda tidak sengaa membaca buku karya (Wanda Hamilton, 2010) berudul Nicotine War, di sana diketahui berapa upeti WHO pada beberapa pemerintah untuk propaganda.
Lihatlah para pemikir besar atau orang-orang yang memiliki konsentrasi tingkat tinggi semisal ulama, budayawan, seniman, presiden-presiden, para filsuf, penulis, dan lainnya. Sangat aktif menghimpit rokok.
Baca Juga: Hadiri Acara Khatam Al-Qur'an Ala Walikota Payakumbuh
Rokok disinyalir dapat menghilangkan penyakit kejang syaraf seperti parkinson, dan di suku India rokok digunakan sebagai ritual pemujaan dewa-dewa. Tentunya tak ada dalam headline berita seorang pemerkosa atau tindak kriminal sambil merokok, karena tanggung.
Selain efektif untuk mencegah parkinson, nikotin juga dapat meningkatkan fokus. Tak hanya di situ nikotin dan tar juga efektif menahan lapar, karenanya rokok dikirim serdadu perang dunia ke II.
Artikel Terkait
Cappadocia Sejak Zaman Paleolitik dan Pertapa Kecil Abad ke-4
Emha Ainun Najib: Snowball of Gontor
Video Viral! FIF Group Diduga Salah Sasaran